Agribusiness Discussion Forum (ADF) kembali digelar, Jum’at (10/5/2019). Ketua Jurusan/Prodi Agribisnis Faperta Universitas Jambi Dr. Fuad Muchlis, SP, M.Si menuturkan, forum ini diharapkan bisa menjadi ruang  publik dan jembatan “komunikasi” antara kampus dengan berbagai stakeholders atau praktisi dengan tema-tema yang relevan. Diskusi bersama ini juga diharapkan dapat melahirkan solusi atas berbagai kebijakan untuk perbaikan berbagai program pembangunan dimasa depan.

Sesi awal ADF 2019 yang dibuka oleh Dekan Fakultas Pertanian Unja Dr. Ir. Ahmad Riduan, MS menghadirkan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Ir. Agus Rizal, MM sebagai narasumber didampingi oleh Dr. Ir. Ernawati HD, MP, Dosen Program Studi Agribisnis sekaligus Sekretaris Program Magister Agribisnis Program Pascasarjana UNJA dengan Tema Kebijakan Pembangunan Perkebunan di Provinsi Jambi.

Agus Rizal dalam pemaparannya menyatakan bahwa perkebunan merupakan sub sektor yang sangat strategis di Provinsi Jambi mengingat 2 juta Ha lebih dari 3,1 juta lahan APL (area penggunaan lain/diluar kawasan hutan) di Jambi adalah lahan perkebunan. Sub sector ini juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 649.959 KK dan menyumbang 17,2% dari Total PDRB di  Provinsi Jambi.

Lebih lanjut Agus Rizal yang juga ketua umum Ikatan Keluarga Alumni (IKA Faperta) Unja ini menjelaskan bahwa Jambi memiliki  paling tidak 7 (tujuh) komoditi unggulan dari 20 komoditi perkebunan yang dikembangkan di Provinsi Jambi. Ketujuh komoditi tersebut adalah Karet, Kelapa  Sawit, Kelapa Dalam, Kopi, Cassiavera, Pinang dan Kakao yang tersebar di  zona barat (dataran tinggi), zona tengah (dataran sedang) dan zona timur (dataran rendah).

Menjawab tantangan di sektor perkebunan, terutama produksi yang cenderung menurun akibat telah memasuki usia lanjut, maka saat ini Disbun sedang melaksanakan program replanting baik komoditi karet maupun kelapa sawit dengan skema pembiayaan dari BPDPKS. Program replanting dilakukan dengan diversifikasi komoditi pangan dan hortikultura di sela-sela tanaman muda untuk memastikan petani tetap mendapatkan penerimaan sebelum tanaman menghasilkan dan penguatan kelembagaan pertanian terutama koperasi.

Terkait dengan pengembangan kelembagaan, Dr. Ernawati memberikan beberapa catatan bahwa ada pendekatan yang keliru dalam pengembangan kelembagaan yang mesti diperbaiki, antara lain: kelembagaan dibangun untuk memperkuat ikatan-ikatan horizontal, bukan ikatan vertikal.

Kelembagaan dibentuk lebih untuk tujuan distribusi bantuan dan memudahkan tugas kontrol dari pelaksana program dengan struktur yang relativ seragam, serta pengembangan kelembagaan selalu menggunakan jalur struktural dan lembah dari pengembangan aspek kultural. Oleh karenanya dibutuhkan iklim makro yang “sadar kelembagaan” serta memperkuat “modal sosial” yang ada di masyarakat.

Beberapa isu penting perkebunan yang berkembang dalam diskusi adalah tantangan dan kesiapan petani kita dalam menghadapi pasar, baik dari sisi kualitas maupun kuota produk yang bisa memastikan keberlanjutan pasokan, komoditi karet dan sawit sebagai social insurance masyarakat Jambi, penyiapan SDM berkarakter agripreneur di masa depan, serta adanya fasilitasi atau intervensi pemerintah untuk menjamin pasar bagi produksi perkebunan yang dihasilkan petani dengan harga terbaik.

Acara yang dipandu oleh Ir. Elwamendri, M.Si (Dosen Prodi Agribisnis UNJA) ini dihadiri oleh dosen, 50 orang  perwakilan mahasiswa dan pemerhati/penggiat agribisnis.

Sumber : jambiberita.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *