Jurusan Agribisnis Faperta UNJA menggelar kembali Agribussiness Discussion Forum (ADF) dengan tema Dinamika dan Prospek Pengembangan Usahatani Pada Situasi Pandemi Covid-19 (Era New Normal) secara Virtual melalui aplikasi zoom meeting (18/10/2021).
ADF 2021 sesi ke-3 kali ini menghadirkan RR Yuli Sri Wilanti S.Pi, M.P (Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura, Prof. Muhammad Firdaus, S.P.,M.Si., P.hd (Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University), dan Muhammad Alfian (Pelaku Usahatani di Kabupaten Muaro Jambi) dengan moderator Dr.Mirawati Yanita, SP.,MM.
RR Yuli Sri Wilanti, S.Pi, M.P yang juga Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia dalam presentasinya membahas tentang Prospek Agribisnis Hortikultura dalam Pemulihan Ekonomi Nasional pada Masa Pandemi Covid-19. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang mempunyai potensi untuk didorong dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani, ekspor, ekonomi daerah, dan ekonomi nasional. Sejak tahun 2013, subsektor Holtikultura selalu tumbuh positif setiap tahun dan tidak pernah mengalami kontraksi. Komoditas hortikultura, khususnya sayur dan buah merupakan komoditas yang keberadaannya dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan selama masa pandemi permintaan sayur dan buah meningkat tajam. Masyarakat makin sadar akan pentingnya hidup sehat dengan asupan makanan bergizi dan alami. Bisnis hortikuktura dapat mendatangkan pendapatan tiga kali lipat lebih besar daripada komoditas padi. Jika masyarakat tetap fokus untuk boosting immunity dalam kehidupan sehari-hari maka bisnis hortikultura menjadi bisnis masa depan yang sangat menjanjikan. Ke depannya, komoditas hortikultura akan menjadi penggerak ekonomi baru yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan perekonomian Indonesia. Tantangan yang dihadapi hortikultura diantaranya lemahnya SDM dan kelembagaan petani, terbatasnya modal, kurangnya pendampingan dan teknologi, rendahnya daya saing produksi dan mutu hasil, serta keterbatasan informasi dan akses pasar. Adapun strategi ke depan dengan membangun kerjasama dan kemitraan. Strategi kebijakan pengembangan ekonomi hortikultura salah satunya dengan pengembangan kemitraan hulu-hilir pada komoditas hortikultura yaitu pengembangan kemitraan Closed-Loop Agribinis Hortikultura. Closed Loop adalah model kemitraan agribisnis hulu sampai hilir yang melibatkan multistakeholder dan dikembangkan dalam ekosistem yang berbasis digital, teknik budidaya GAP, system logistic yang baik serta jaminan pasar/harga yang bersaing oleh off-taker. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pendampingan proses budidaya dan kepastian akses pasar, meningkatkan produktivitas dan pendapatan, serta menjaga stabilitas pasokan dan harga.
Sementara itu Prof. Muhammad Firdaus, S.P.,M.Si., P.hd memaparkan materi tentang Digitalisasi untuk mendukung keberlanjutan agribisnis di era pandemi. Peran digitalisasi pertanian diantaranya efisiensi sumberdaya pertanian, menekan assymetric information, dan akses pembiayaan dan asuransi pertanian. Skema penerapan digitalisasi pertaniann dibangun dalam ekosistem (LoDEP) yang terdiri dari 10 aspek yaitu petani, PPL pemerintah dan swasta, kelompok komunitas lokal (POKTAN, KWT, KPT, BUMDES), saprotan, layanan keuangan, pasar, Lembaga Pemerintah Pusat, Lembaga pemerintah Daerah, project Leaders, dan ICT Irrigation Digital Ecosystems Apps (IDEAS) providers.
Muhammad Alfian sebagai narasumber ketiga memaparkan materi tentang Bidang pertanian salah satu alternatif pilihan untuk usaha pada masa pandemi covid 19 (new normal). Sebagai pelaku usahatani yang mulai fokus melakukan usahatani sejak tahun 2015, Bapak Alfian memilih menjadi petani karena melihat sumber daya alam yang sangat melimpah dan sangat disayangkan jika kekayaan sumberdaya alam tidak dimanfaatkan, usaha pertanian juga merupakan usaha yang tidak pernah mati, selama masih ada manusia yang membutuhkan produk pertanian, dan produk pertanian dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kondisi usahatani sebelum pandemi covid 19, untuk biaya pokok produksi (modal) seperti pupuk, bibit/benih, pstisida harganya relative normal dan terjangkau. Pada situasi pandemi adanya kenaikan harga sarana produksi sekitar 10% seperti pupuk, bibit/benih, dan pestisida. Selain itu juga terjadi penurunan serapan pasar.
Peserta yang hadir berasal dari akademisi, praktisi dari berbagai wilayah di Indonesia, mahasiswa, petani dan masyarakat umum. Kegiatan ini dilakukan secara online dan diikuti lebih dari 612 orang. Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Pertanian UNJA, Prof Dr. Ir. Suandi, M.Si, setelah sebelumnya disampaikan sambutan dari Ketua panitia, sekaligus Ketua Jurusan Agribisnis, Dr. Rozaina Ningsih, S.P., M.Si.